BAB I
Pendahuluan
Pendahuluan
Berbicara tentang remaja selalu
mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada
dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari
perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti
pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat
terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang
semakin mengkhawatirkan.
Kemorosotan moral para remaja ini
tergambar dari beberapa data seperti laporan Klinik Catur Warga Denpasar pada
tahun 1996 menyebutkan 3000 pasangan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan/Unwanted Pregnancy) yang berkunjung ke
klinik tersebut ternyata 60%-70% adalah pasangan remaja pranikah. Dalam koran
Surya 3 Juli 1995, petugas memergoki remaja berseragam sekolah sedang antri di
depan pintu para pelacur. Bahkan Pak AR. Fakhruddin pernah menulis bahwa 60%
remaja putri di Yogyakarta yang memasuki gerbang pernikahan, ternyata sudah
bukan gadis lagi (KR 20 Juni 1996). Belum lagi data terbaru tentang bayi korban
pengguguran orang tuanya yang disinyalir juga kebanyakan dilakukan oleh para
remaja kota-kota besar di Indonesia.
Apalagi
sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan
cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat
untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum
lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman.
Penulis yakin akhirnya ini akan merambat pula di kota semacam Purworejo ini,
apalagi secara geografis tidak terlalu jauh dengan kota seperti Yogya atau
Solo.
Remaja Dan Faktor Dasar Pembentuk Kepribadian
Menurut Hasan Basri remaja adalah
mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan
menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan
pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan
dialami, dalam bidang fisik-biologis maupun psikis atau kejiwaan. Menstruasi
pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam mimpi basah pertama kaum
pria adalah merupakan tonggak pertama dalam kehidupan manusia yang menunjukkan
bahwa mereka sedang dalam perjalanan usia remaja yang indah dan penuh dengan
tanda tanya.
Dalam pertumbuhan fisik-biologisnya,
maka kemasakan hormon dalam tubuhnya sangat mempengaruhi kemasakan seksual
dengan timbulnya dorongan-dorongan seksual yang semakin hidup dan bergelora.
Minat terhadap jenis kelamin lain mulai berkembang dalam arti khusus, sedang
pengenalan terhadap diri sendiri ternyata masih sangat kurang. Perkembangan
kejiwaan yang tidak mendapat penjelasan sebagaimana mestinya akan selalu
merupakan pertanyaan yang mengganggu dan sangat mengusik ketenangan hidup kaum
remaja.
Sementara masyarakat yang telah
berkembang demikian pesat baik dalam perubahan materi maupun pergeseran nilai-nilai
kehidupan pun terkena dampaknya, tidak saja kepada orang tua tapi juga kaum
remaja. Jika perhatian dan waktu orang tua terhadap anak disita oleh keunggulan
materi maka pemenuhan tanggung jawab terhadap anak-anaknya menjadi
terbengkalai. Secara sederhana ada beberapa faktor penyebab pembentuk
kepribadian remaja, yaitu :
1.
Faktor lingkungan
orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dekat, teman sekolah dan juga
pendidik di sekolah.
2.
Faktor kelabilan jiwa
remaja yang cenderung mengalami perubahan sehingga remaja mengalami kesulitan
dalam menyeimbangkan dan mengarahkan berbagai dorongan kejiwaan pada dirinya.
3.
Terakhir adalah faktor
eksternal yang sekarang serba boleh/permisif, seperti berubahnya nilai-nilai
dalam masyarakat, tayangan dan informasi yang tidak mendidik, gaya hidup
hedonisme/materialisme.
Bagaimana Islam Mengarahkan Pergaulan Remaja
Bila kita berbicara tentang pemuda
(remaja termasuk), maka Al Qur’an telah menyebut banyak kisahnya. Ada pemuda
Yusuf a.s., pemuda Al Kahfi, pemuda Sulaiman dan banyak kisah lain yang
cemerlang. Atau dalam sirah maka kita bisa temukan banyak pemuda yang menjadi
sahabat Rasul, seperti Mus’ab bin Umair, Usamah bin Zaid atau Hasan-Husein bin
Ali dari Ahlul Bait. Di kalangan pemudi kita bisa lihat Aisyah dan Fatimah dari
Keluarga Rasul atau Khaulah yang menunjukkan sisi kepahlawanannya dengan ikut
berjuang di jalan Allah, dan banyak lagi lainnya. Artinya, Islam menganggap
pemuda (selanjutnya pemudi masuk ke dalamnya) merupakan aset potensial yang
ikut menentukan arah masa depan. Bila pemuda dalam suatu masyarakat tergolong
baik, maka dapat dipastikan masyarakat tersebut baik, demikian pula sebaliknya.
Tugas berat yang disandang pemuda
dapat kita rumuskan sebagai berikut :
1.
Sebagai penyambung
generasi kaum beriman (QS.52:21, 25:74)
2.
Sebagai pengganti
orang-orang yang beriman yang telah terjadi degradasi iman (QS.5:54)
3.
Sebagai reformer spiritual terhadap kaum yang
telah menyimpang dari agama (QS.5:104)
4.
Sebagai unsur perbaikan
(QS.18:13-14)
Hanya sayangnya, kebanyakan pemuda
tidak memahami tugas berat ini karena lemahnya pemahaman terhadap Islam yang syamil dam mutakamil. Suatu hal yang ironis, dikarenakan banyak tugas berat
yang tidak mereka sadari karena ketidak pahaman atas makna dasar kehidupan ini.
Seperti dari mana mereka berasal, untuk apa diciptakan dan akan bagaimana
mereka hidup. Jarang jawaban yang dapat kita ambil dari mereka saat ditanya
siapa idolanya, yang menjawab tokoh-tokoh panutan umat. Tapi justru tokoh
glamour yang cenderung hedonisme (keduniaan) seperti artis, atlit -lah yang
kebanyakan mereka agung-agungkan dan dijadikan teladan hidup.
Satu masalah yang perlu mendapat
perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang
nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini
dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa
muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa
kehidupan di dunia ini. Kita bisa memahami hakikat pergaulan dalam Islam dengan melihat Al Qur’an :
“Janganlah kamu mendekati
zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan”
(QS.17:32). Dan, kita bisa memahami rambu-rambu Ilahiah seperti berikut ini :
1.
Rambu hati, didasarkan hadits shahih Bukhari :
“Zina itu banyak cabangnya, yaitu zina hati,
mata, dan telinga, dan alat kelaminlah yang akan membuktikan apakah berzina
atau tidak”.
2.
Rambu mata, didasarkan pada hadits shahih Bukhari “
“Apabila seseorang
memalingkan pandangannya pada wanita (lawan jenis;pen) yang bukan muhrimnya
karena takut kepada Allah, maka Allah akan membuat dia merasakan manisnya iman”.
Dalam
An-Nur/24:30-31 ada larangan untuk mengumbar pandangan, dan hadits lewat Imam
Ali : Hai Ali, hanya dijadikan halal
bagimu pandangan yang pertama”(Bukhari).
3. Rambu telinga, adanya larangan
untuk mendengar perkataan-perkataan yang tidak senonoh dan jorok.
4. Rambu tangan, wujudnya dengan
martubasi dan bersalaman atau menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya.
Didasarkan pada hadits :
“Lebih baik seseorang
menggenggam bara api (babi, di lain riwayat) atau ditombak dari duburnya hingga
menembus kepala daripada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya.”
Rasullullah
selama hidupnya tidak pernah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya, hanya
mengucapkan salam.
5. Rambu kaki, larangan untuk
melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat atau tempat dimana terjadi pembauran
laki-laki wanita yang tidak dikehendaki dalam Islam. Khusus wanita dilarang
menghentakkan kaki dengan maksud memperlihatkan perhiasan (An-Nur/24:31).
6.
Rambu suara, dasarnya surat Al-Ahzab/33:32 :
“Hai isteri-isteri Nabi,
tiadalah kamu seperti salah seorang dari perempuan-perempuan itu jika kamu
bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lembut dalam berbicara sehingga
tertariklah orang yang di hatinya ada penyakit (keinginan), dan ucapkanlah
perkataan yang baik.
Ayat ini tentu tidak
hanya ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita perlu berhati-hati
terhadap suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering dieksploitasi
media massa.
7. Rambu seluruh tubuh, dasarnya
An-Nur/24:1, 31, Al-Ahzab/33:59).
“Hai nabi, katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin,
‘Hendaklah mereka itu memakai jilbab atas dirinya.’ Yang demikian itu supaya
mereka mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampunlagi Maha Penyayang”.
Ayat di atas mewajibkan
kita untuk menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, kecuali
muhrimnya. Sementara untuk pria auratnya adalah antara pusar dengan lutut.
Dalam operasional pergaulan Islam
ada aturan baku yang mesti mutlak untuk ditaati a.l. :
1. Wajib atas pria dan wanita untuk
menundukkan pandangannya, kecuali empat hal :
1. bertujuan meminang
2. belajar-mengajar
3. pengobatan
4. proses pengadilan (At-Tarbiyah
Al-Aulad Fil Islam, Abdullah Nashih Ulwan)
2. Menutup aurat secara
sempurna, tidak sekadar tutup tapi masih kelihatan lekuk tubuh dan bentuknya.
3. Larangan bepergian buat wanita
tanpa muhrim sejauh perjalan sehari semalam (pendapat lain, seukuran jamak
sholat).
4. Bagi yang sudah berkeluarga,
seorang isteri dilarang pergi tanpa ijin suami.
5. Larangan bertabarruj bagi wanita (bersolek/berdandan untuk memperlihatkan
perhiasan dan kecantikan kepada orang lain) kecuali untuk suami.
6. Larangan berkhalwat (berdua-dua antara pria dan wanita di temapat sepi)
7. Perintah untuk menjauhi
tempat-tempat yang subhat, menjurus maksiat.
8. Anjuran untuk menjauhi ikhtilat antara kelompok pria dan
kelompok wanita.
9. Hubungan ta’awun (tolong menolong) pria dan wanita dilakukan dalam bentuk
umum, seperti mu’amalah.
10. Anjuran segera menikah, bila
tidak mampu suruhan berpuasa dilaksanakan.
11. Anjuran bertawakkal, menyerahkan
segala permasalahan pada Allah.
12. Islam menyuruh pria dan wanita
untuk bertakwa kepada Allah sebagai kendali internal jiwa seseorang terhadap
perbuatan dosa dan maksiat.
Penutup
Kita memahami bahwa masa muda adalah
masa yang sangat berat. Ditambah faktor eksternal yang demikian kuat
membelokkan tujuan utama beribadah mencapai ridha Allah, maka dalam penyampaian
kebenaran ini juga perlu mendapat perhatian yang seksama. Kita tidak bisa saja
dengan gampang memberi peringatan tanpa memahami uslub dan wasilah dakwah
dan mengerti sejauh mana pemahaman yang dipahami teman dan masyarakat kita.
Terakhir dalam dakwah tentang pergaulan Islam, kita dianjurkan untuk tidak
ekslusif artinya justru bergaul hanya kepada orang yang sepaham saja dan
meninggalkan mereka yang awam terhadap Islam. Terpenting untuk menyerahkan diri
kepada Allah segala urusan dan memperkuat ibadah-ibadah yang makin mengeratkan
hubungan dengan Allah sehingga lebih bisa menjaga diri dari perbuatan yang mendekati zina, yang diharamkan Allah.
Minimal yang mesti
kita siapkan untuk berdakwah tentang etika pergaulan Islam ini adalah :
1. Menyamakan persepsi dan kepahaman, bahwa ini
merupakan masalah yang besar dan cukup kompleks.
2. Memahami fiqh
dakwah dan syar’i secara cukup komprehensif.
3. Memahami bahwa hidayah tidak bisa dipaksakan, tapi
tetap kita mengupayakan sebab-sebab terjadinya sunnatullah (turunnya hidayah).
4. Mempelajari kaidah dakwah agar dalam proses penyampaiannya tidak mengalami
benturan yang justru membuat kita
tertolak seperti :
1. Qudwah sebelum dakwah ; peringatan harus dimulai
dari diri kita dulu.
2. Menjalin keakraban sebelum pengajaran ; menumbuhkan
kasih sayang, perhatian, dan kelembutan dalam kata dan perilaku (suluk).
3. Mengenalkan sebelum memberi tugas ; tingkat
kepahaman masing-masing orang berbeda, perlu pemahaman yang tepat.
4. Bertahap dalam pemberian tugas.
5. Mempermudah bukan mempersulit ; dalam menyampaikan
jangan beri aturan yang rumit dan terkesan menakutkan.
6. Ushul sebelum furu’ : yang utama adalah mengajarkan
tauhid sebelum yang lain.
7. Memberi kabar gembira sebelum ancaman.
8. Memahamkan dengan perbuatan dan kata, bukan
mendikte/instruksi.
9. Mendidik bukan menelanjangi ; bukan malah
menyebarkan aib dan dosa orang lain.
10. Menjadi murid orang yang paham bukan hanya baca
buku.
KESIMPULAN
Terakhir dalam dakwah tentang
pergaulan Islam, kita dianjurkan untuk tidak ekslusif artinya justru bergaul
hanya kepada orang yang sepaham saja dan meninggalkan mereka yang awam terhadap
Islam. Terpenting untuk menyerahkan diri kepada Allah segala urusan dan
memperkuat ibadah-ibadah yang makin mengeratkan hubungan dengan Allah sehingga
lebih bisa menjaga diri dari perbuatan
yang mendekati zina, yang diharamkan Allah.
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.
No comments:
Post a Comment
Aturan Berkomentar :
1. Menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang Berkomentar spam, flood, junk, iklan, sara, sex dsb.(Komentar Akan Saya Hapus)
3. Silahkan gunakan OpenID untuk mempermudah blogwalking