• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Asuhan Keperawatan Hipertensi atau ASKEP hipertensi

 


Askep atau asuhan keperawatan untuk penyakit hipertensi, hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,).

Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)

            Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)

            Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)

            Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)

2.1.2    Anatomi Fisiologi

            Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
            Arteri membawa darah dari jantung
            Vena membawa dara ke jantung
            Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

            Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.

Asuhan Keperawatan Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison ) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
 
Etiologi
 
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
  1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
    transport Na.
  2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
    tekanan darah meningkat.
  3. Stress Lingkungan
  4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
    pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
  1. Hipertensi Esensial (Primer)
    Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
    genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
    rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
  2. Hipertensi Sekunder
    Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan
    kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Patofisiologi
 
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
pada organ organ seperti jantung.

Manifestasi klinis
 
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain,
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah,
muka pucat suhu tubuh rendah.
Komplikasi
 
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak. 

Penatalaksanaan
 
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
  1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
    • Diet
      Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
      tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
      kadar adosteron dalam plasma.
    • Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
      batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
      bersepeda atau berenang.
  2. Penatalaksanaan Farmakologis.
    Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
    pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
    1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
    2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
    3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
    4. Tidak menimbulakn intoleransi.
    5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
    6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
    Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
    golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
    golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Test diagnostic.
  1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
    (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
    hipokoagulabilitas, anemia.
  2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
  3. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
    diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
  4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
    ada DM.
  5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
  6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
    P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
  7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
    perbaikan ginjal.
  8. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
·  ANALISA DATA
NO
TGL / JAM
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
1
Diisi pada saat tanggal pengkajian
Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan
masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll
Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
·  DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
  • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
  • Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
  • Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
  • Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn
·  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
PERENCANAAN
1
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Curah jantung kembali normal. Dengan Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban
kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.
  1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
    yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
  2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
    karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
    Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
    (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
  3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
    pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
    menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
    mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
    atau gagal jantung kronik).
  4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
    (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
    mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
  5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal
    jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
  6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
    ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk
    menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
  7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
    menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
    sehingga akan menurunkan tekanan darah).
  8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti
    hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
aktivitas kembali normal.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
  1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
    frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
    TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
    pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
    terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja
    / jantung).
  2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
    / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
    aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat
    penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
  3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
    oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
    oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
    tiba-tiba pada kerja jantung).
  4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
    menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
    energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
    suplai dan kebutuhan oksigen).
  5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
    (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
    mencegah kelemahan).
3
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang
diresepkan.
  1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /
    meningkatkan relaksasi).
  2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
    misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik
    relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
    menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
    kepala dan komplikasinya).
  3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
    sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas
    yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
    peningkatkan tekanan vakuler serebral).
  4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan
    oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
  5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
    makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
  6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
    diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
    simpatis).
4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,
menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang
tepat secara individu.
  1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
    kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
    disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
    dengan masa tumbuh).
  2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
    lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang
    terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk
    hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal
    jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
    dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
  3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
    penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
    menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
    berhasil).
  4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
    kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
    menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
  5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
    penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
    seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
    badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
    kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
    kebiasaan makan).
  6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan
    dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
    makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
    dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
    pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
  7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
    dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
    dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
    (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
    mencegah perkembangan aterogenesis).
  8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
    bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
5
Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan
kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial
situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
  1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
    Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
    berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk
    megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
    mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
  2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
    konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
    mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme
    koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
    diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
  3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
    strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah
    pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
  4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi
    maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien
    perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping,
    dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
  5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
    pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
    inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
    terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
    kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
    perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
  6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
    hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan
    diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
    realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
6
Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
Pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
  • Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
  • Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
    perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
  1. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler
    yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
    kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60
    cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko
    ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
    kardiovaskuler serta ginjal).
  2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
    (kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang
    sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk
    mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
    realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
    tidak akan dipertahankan).
  3. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
    gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
    tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj
    dalam menentukan intervensi).
  4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
    (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
    lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
    tentang proses penyakit hipertensi).


Baca Juga : ASUHAN KEPERAWATAN GANGREN AKIBAT DIABETES MELLITUS
Asuhan Keperawatan Hipertensi atau ASKEP hipertensi 4.5 5 Unknown Askep atau asuhan keperawatan untuk penyakit hipertensi, hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg Askep atau asuhan keperawatan untuk penyakit hipertensi, hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau le...


No comments:

Post a Comment

Aturan Berkomentar :

1. Menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang Berkomentar spam, flood, junk, iklan, sara, sex dsb.(Komentar Akan Saya Hapus)
3. Silahkan gunakan OpenID untuk mempermudah blogwalking

J-Theme