BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di
Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di
timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik,
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di
Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang,
tetapi hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di
Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini
kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)
Perjalanan
penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin
tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang
penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik.
Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau
gagal ginjal mekanis.
(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit
jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel
kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
(Mansjoer, 2001 : h 441)
Hipertensi
biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40
tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih
awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya
pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan
kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin
hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi
perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,
penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat
tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.
(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik)
tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal”
pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1.2 Ruang lingkup
Dalam
penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi
di Ruang Mengkudu” di RSUD DR.RM Djoelham Kota Binjai.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan
Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM
Djoelham kota binjai.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa
mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
b. Dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
c. Mampu
menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
d. Mampu
melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
e. Mampu
melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer
Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai.
1.4 Metode Penelitian
Metode
yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode
kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu
dengan cara :
a. Study kepustakaan
Yaitu
dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan
dengan pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
Yaitu
dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan
keperawatan langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung
dan dokumentasi.
- Wawancara
Yaitu
melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan
juga perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan
yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
- Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Imu
pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan
darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi
tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006
: h 62)
Hipertensi
didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional
tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh
utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson :
2006. h 582)
Darah
tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang
berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah
timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit
hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan
dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan
darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal
jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Sistem
peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung
Kapiler
menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan
jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut
arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri
temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan
mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,
dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan
denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti
siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Pada bayi yang baru lahir
Selama tahun pertama
Selama tahun kedua
Pada umur 5 tahun
Pada umur 10 tahun
Pada orang dewasa
|
140
120
110
96-100
80-90
60-80
|
(Pearce. 2009 : h 151)
Tekanan Darah
Tekanan
darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk
daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler
dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung
bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena
ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan
darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg
tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan
aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun
gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang
dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong
darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit
arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh
darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi
meningkat.
Kecepatan
aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran
bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai
suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi
pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3 Etiologi
Hipertensi
merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang
baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi
seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat
hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial
atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf
simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi
sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal.
Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab
hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar
adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak
aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang
diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4 Patofisiologi
Pada
stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi
tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner
menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung
akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan
secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan
tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun
tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga
meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan
derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan
arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam
resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air
mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya
tahanan perifer.
2. Peningkatan
hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut
dan gambaran hemodinamik ini
Jadi
faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
2.1.5 Tanda dan Gejala
Pemeriksaan
yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama,
untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis
bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri
dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda
rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada
stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia
pada stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa
hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran
klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi
distolik masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri
dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang.
Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran
darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung
yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ
tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan,
gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengbobatan
dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan
jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap
penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk
menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :
menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular
terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif
Manjoer, 2001)
2.1.8 Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan
antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
· Mengkurangi konsumsi garam
· Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
· Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
· Menghentikan kebiasaan merokok
· Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
2.1.10 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total,
kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai
tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2 Asuhan Keperawatan
Asuhan
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem
solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat
hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat
perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis
(dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel,
hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan
suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan
yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda
menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana
menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi
karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat
diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
- Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
- Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
- Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
- Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
- Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan
adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah
jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan
adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
· Pantau TD
· Catat keberadaan
· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
· Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi
· Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler
· Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
· Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
· Adanya
pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan
curah jantung
· Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
· Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
· Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi
· Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak menurunkan TD
· Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri
(akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah
beberapa waktu.
Intervensi :
· Kaji respon pasien terhadap aktivitas
· Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
· Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi
Rasionalisasi :
· Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
· Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
Diagnosa keperawatan III
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
· Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
· Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
· Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
· Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi
· Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat /
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komlikasinya
· Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
· Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
· Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis
· Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.
Diagnosa IV
Nutrisi
perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh.
Intervensi :
· Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
· Saraf laporan gangguan tidur
· Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk mengatasinya
· Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.
Rasionalisasi :
· Kegemukan
adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh
· Kesalahan
kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan
yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
· Motivasi
untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil
· Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian / penyuluhan
· Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
· Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan
· Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
· Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
Diagnosa V
Koping,
individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan.
Intervensi :
· Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
· Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
· Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
· Bahan pentingnya menghentikan merokok
Rasionalisasi :
· Mekanisme
adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi
klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
· Manifestasi
mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan
dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
· Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
· Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :
· Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
· Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
· Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
Rasionalisasi :
· Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
· Pemahaman
bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
· Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular
· Nikotin
meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan
frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan
meningkatkan beban kerja miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4 Implementasi
Implementasi
adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz
Alimuml. 2001 : h 11)
Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit.
Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai
keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien
tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan I :
· Memantau TD
· Mencatat keberadaan
· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
· Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan
· Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
· Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
· Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
· Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy
Diagnosa keperawatan III :
· Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
· Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
· Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet
Diagnosa keperawatan IV
· Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
· Mencatat laporan gangguan tidur
· Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
· Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh
Diagnosa keperawatan V
· Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
· Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
· Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
· Membahas pentingnya menghentikan merokok
Diagnosa keperawatan VI :
· Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
· Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
· Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi
adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul.
2009 : hi 12)
Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
Diagnosa I
· Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung
· Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
· Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II
· Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
· Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
· Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
Diagnosa III
· Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
· Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
· Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan
Diagnosa IV
· Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
· Menunjukkan perubahan pola makan
· Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual
Diagnosa V
· Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya
· Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif
Diagnosa VI
· Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
· Mempertahankan Td dalam perimeter normal
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
Tanggal Masuk : 16 April 2012
No.Register : 06-46-47
Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 April 2012
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Hipertensi
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Hubungan dengan Pasien : anak
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien
datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai,
sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien
dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa
tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
3.1.4 Riwayat Masa Lalu
Pasien
pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat
kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita
hipertensi ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien
meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
3.1.6 Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien
mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien
sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa
kepada Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan
keluarga dan saudara.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki exit (meninggal)
: Perempuan exit (meninggal)
: Tinggal satu rumah
: Hubungan / pertalian keluarga
: Penderita / pasien
Dari
keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal,
orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker
hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari
hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien,
dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai
beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak
perempuan tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim.
Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit
hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat
perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit
stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan
laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak
kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien
menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang
sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka
tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah
tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu
sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan
menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada
delapan, belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran : Compos
mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk
3.1.8 Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien
mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah
masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3
porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2
jam pada siang hari pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak
tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada
aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah
dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar
adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal
karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp : 3 x 1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
3.1.9 Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No
|
Kimia Darah
|
Hasil
|
Normal
|
Unit
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Bil.total
Bil.Direk
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinim
Uric acid
Cholesterol total
Mglyceride
HDL
LDL
|
1,35
0,59
30,5
38,4
27,2
1,08
7,8
129
93
38
72
|
<1
<0,25
<37
<40
10-15
0,6-11
3,4-70
<200
<150
>55
<150
|
Mg/dL
Mg/Dl
U/I
U/I
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
|
No
|
Gula Darah
|
Hasil Normal
|
1
2
3
4
|
Puasa
2 Jam pp
dd random
serologi
|
75-115
<120
92
|
3.1.10 Analisa Data
NO
|
DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1
|
DS: Pasien mengatakan kepala pusing, dan leher terasa tegang.
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
|
Peningkatan tekanan darah
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
2
|
DS: Pasien mengatakan tidak selera makan
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
|
Perubahan jenis diet
|
Gangguan pola nutrisi
|
3
|
DS: Pasien mengatakan susah tidur
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
|
Efek Hospitalisasi
|
Gangguan istirahat tidur
|
4
|
Ds : pasien mengatakan kedua kakinya susah digerakkan
Do : aktivitas pasiens di bantu oleh keluarga dan perawat
|
kelemahan fisik
|
Gangguan pola aktivitas
|
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan
pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai
dengan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
Tabel Asuhan Keperawatan
NO
|
DATA
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
| |
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
| ||||||
1
|
DS: Pasien mengatakan kepala pusing, dan leher terasa tegang.
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
|
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
|
Nyeri dan pusing hilang
|
· Atur posisi semifowler pasien
· Berikan istirahat yang cukup
· Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang mengandung garam
· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
|
· Dengan mengatur posisi semi fowler pasien diharapkan pasien merasa nyaman
· Dengan memberikan istirahat yang cukup diharapkan rasa nyeri pasien berkurang
· Dengan menghindari makanan yang mengndung garam diharapkan dapat menghindari peningkatan tekanan darah
· Dengan berkolaborasi dengan dokter diharapkan pasien mendapat penanganan lebih lanjut.
|
· Mengatur posisi pasien
· Memberikan istirahat yang cukup
· Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang mengandung garam
· Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat :
Furosemide = 1 amp/12 jam
Amlodepine = 2 x 10 mg
|
S: Pasien mengatakan kepala masih pusing
O:TD:160/100 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: R/T dilanjutkan
|
2
|
DS: Pasien mengatakan tidak selera makan
DO: pasien tampak lemah,
Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
|
Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
|
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
|
· Beri makan pasien sedikit tapi sering
· Beri makanan dalam keadaan hangat
· Beri makanan yang berpariasi
· Beri penjelasan tentang manfaat makanan
|
· Dengan memberikan makan makan pasien sedikit tapi sering diharapkan pasien mudah mencerna makanan yang dimakannya
· Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat diharapkan dapat menambah nafsu makan pasien
· Dengan memberikan makanan yang berpariasi diharapkan pasien tidak bosan dengan makanan yang disediakan
· Dengan memberikan penjelasan makanan pada pasien, agar pasien mengetahui manfaat makanan
|
· Memberikan makan pasien sedikit tapi sering
· Memberikan makanan yang hangat
· Memberikan makanan yang berpariasi
· Memberi penjelasan tentang manfaat makanan
|
S: Pasien mengatakan selera makan pasien ada
O: Pasien masih tampak lemah
A: Masalah sebagian teratasi
P: R/T dilanjutkan
|
3
|
DS: Pasien mengatakan susah tidur
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
|
Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam susah tidur siang
|
Istirahat tidur pasien terpenuhi
|
· Beri pasien ruangan yang nyaman
· Batasi jam berkunjung pasien ; pagi jam 10-12
Sore 16-17
Malam 19-21
· Batasi jumlah pengunjung
· Hindari keributan
· Rapikan tempat tidur pasien
|
· Dengan memberikan pasien ruangan yang nyaman diharapkan pasien merasa nyaman
· Dengan membatasi jam berkunjung diharapkan pasien dapat beristirahat
· Dengan membatasi jumlah pengunjung agar pasien merasa tenang
· Dengan menghindari keributan diharapkan pasien dapat beristirahat dengan nyaman
· Dengan merapikan tempat tidur pasien setiap hari diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien setiap hari
|
· Memberikan pasien ruangan yang nyaman
· Membatasi jamberkunjung
· Batasi jumlah pengunjung
· Menghindari keributan
· Merapikan tempat tidur pasien setiap hari
|
S: Pasien mengataka bisa tidur siang
O: Pasien tampak lemas
A: Masalah sebagian teratasi
P: R/T dilanjutkan
|
4
|
Ds : pasien mengatakan kedua kakinya susah digerakkan
Do : aktivitas paiens di bantu oleh keluarga dan perawat
|
Gangguan
pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d pasien tampak susah melakukan
aktivitas, semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
|
aktivitas pasien terpenuhi
|
· Bantu aktivitas pasien
· Beri posisi yang nyaman semi fowler
· Dekatkan barang-barang dibutuhkan pasien
|
- Dengan membantu pasien untuk berativitas
Agar kedua kaki pasien tidak terasa kaku
- Dengan memberikan posisi semifowler di harapkan dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien
· Pasien dapat menjangkau barang-barang yang diperlukan pasien
|
membantu aktivitas pasien
-
- Memberi posisi yang nyaman semi fowler
- Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien
·
|
S : Pasien mengatakan kedua kakinya sudah bias di gerakan
O : Pasien susah untuk beraktivitas
A : Masalah sebagian teratasi
P : R/T dilanjutkan
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis
dengan tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai.
Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada
tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga
data dapat diperoleh dengan mudah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3 diagnosa
keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis
ditemukan 6 diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :
1. Curah
jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan
adanya tanda dan gejala yang menetapkan diagnosa
2. Nyeri
(akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi
pada saat bangun tidur dan tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan
4. Nutrisi
perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh
5. Koping
individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan
6. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus
1. Curah
jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada
tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap
curah jantung
2. Mekanisme
koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi
atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px
mempunyai mekanisme koping yang baik
3. Kurangnya
pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik
dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang
diberikan oleh tim medis.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang
4.3 Perencanaan
Merupakan
lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan
yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar
asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional
dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi dengan
optimal.
4.4 Pelaksanaan
Pada
dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan
yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang
berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama
yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga
tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan
proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px,
dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat
diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah
penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi
yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai.
Selanjutnya penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran untuk
menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien dengan hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90 mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan dalam proses penyembuhan.
5.2 Saran
- Pendekatan
yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien
merasa diperhatikan
- Didalam
proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang
diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim medis dalam proses keperawatan.
No comments:
Post a Comment
Aturan Berkomentar :
1. Menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang Berkomentar spam, flood, junk, iklan, sara, sex dsb.(Komentar Akan Saya Hapus)
3. Silahkan gunakan OpenID untuk mempermudah blogwalking