BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat.
Pada tahun 2000 jumlah usia lanjut meningkat menjadi 9,99% dari sejumlah penduduk indonesia (22,277,700 Jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun dan pada 2020 akan meningkat menjadi 11,09% dengan umur harapan hidup 70-75 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit dan bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang berkaitan dengan proses penuaan salah satunya adalah penyakit atau masalah musculo-skeletal.
I.2 Tujuan Penyusunan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah III, makalah yang berjudul proses degeneratif sistem musculo skeletal ini disusun dengan tujuan :
1. Mengetahui masalah-masalah sistem musculo skeletal yang sering dialami oleh usia lanjut.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proses penuaan dan degenerasi.
3. Mengetahui patofisologi proses degeneratif pada sistem musculo skeletal.
4. Mengetahui dan menerapkan proses keperawatan yang harus diberikan pada usia lanjut yang berkaitan dengan sistem musculo skeletal.
I.3 Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode study kepustakaan yaitu dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan medikal bedah dan keperawatan gerontik sebagai bahan penyusunan.
I.1 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan makalh ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang maslaah, tujuan penyusunan, metode penyusunan dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis yang berisi proses penuaan dan degenerasi, perubahan sistem musculoskeletal pada lansia (degenerasi sistem muskuloskeletal), patofisiologi
BAB III Proses keperawatan
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1 Proses Penuaan Dan Degenerasi
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki keruskan yang diderita.
Sedangkan degenerasi adlah perubahan yang dapat dideteksi dalam sel yang fungsinya telah menunjukan kerusakan yang serius. Jika stimulus berbahaya terlewati tanpa memberikan kerusakan tetap pada sistem enzim, sel dapat memperolehkembali fungsi normalnya, tetapi jika tidak, mereka akan mati dan membentuk nekrosis.
Teori-Teori Proses Penuaan
Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan “proses menua” mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi, dan teori imunologik, yaitu teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk.
Teori-Teori Biologi
1. Teori genetik dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menua terjadinya sebagai akibat dari perubahan bikimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
3. Teori akumulasi dari produk sisa
Terjadinya pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh.
4. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan gizi
5. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
6. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
7. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, mengakibatkan oksidasi oksigen, bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein, radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
8. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi.
II.2 Perubahan Sistem Musculo Skeletal
Sistem musculo skeletal pada usia lanjut mengalami perubahan-perubahan, diantaranya :
- Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
- Kifosis.
- Pergerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
- Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
- Persendian membesar dan menjadi kaku.
- Tendon mengerut dan mengalami skeletosis.
- Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) sehingga gerakan menjadi lamban, otot-otot kram dan tremor.
II.3 Patofisiologi
Berbagai perubahan terjadi pada sistem musculoskeletal yang terjadi dalam proses penuaan, yaitu :
- Osteoporosis
- Pembesaran sendi
- Pengerasan tendon
- Keterbatasan gerak
- Penipisan diskus intervertebralis
- Kelemahan otot
Hal-Hal Tersebut diatas terjadi karena berbagai perubahan :
• Perubahan metabolik, meliputi penurunan estrogen pada menopause dan penurunan aktifitas berperan dalam hilangnya masa tulang (osteoporosis).
• Kartilago sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama mengakibatkan terjadinya osteorartritis.
• Terjadinya kehilangan jumlah serat otot akibat atrofi miofibril dengan penggantian jaringan fibrus (pada dekade ke IV kehidupan) masa dimana kekuatan otot berkurang.
• Masalah musculoskeletal sebelumnya yang sudah pernah terkompensasi dapat menjadi masalah baru dengan bertambahnya usia.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
III.1 Pengkajian
a. Biodata : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama.
b. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
1. Adanya kontraktur
• Atrofi otot
• Mengecilkan tendo
• Ketidak adekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
• Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
• Keterbatasan gerak
• Kekuatan otot
• Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis (kelumpuhan)
5. Kifosis (bungkuk)
6. Adanya obesitas
7. Adanya pembengkakan
8. Kelainan postur tubuh
9. Lengkungan tulang belakang
d. Aktifiats sehari-hari : Pola makan (diet/nutrisi), tidur, kebiasaan olahraga.
e. Data psikososial
f. Data penunjang : pemeriksaan ; sinar-X, computed tomograpi (CT), ultrasonograf, magneting resonance imaging (MRI), mielogram, elektromiogram (EMG), pemeriksaan darah dan urine.
g. Analisa data
III.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Dx 1 : Resiko terhadap cedera fisik ; fraktur sehubungan dengan tulang osteoporotik
Intervensi
• Anjurkan klien untuk jalan-jalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
• Hindari klien membungkuk mendadak dan mengangkat beban lama.
• Anjurkan klien berjemur dibawah sinar matahari pada pagi hari.
Dx 2 : Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot, berkurangnya kelenturan.
Intervensi
• Ajarkan kepada klien tentang cara turun dari tempat tidur dengan meminimalkan rasa tidak nyaman.
• Anjurkan klien untuk berganti-ganti aktifitas berbaring, duduk dan berjalan.
• Anjurkan klien untuk latihan olahraga ringan untuk memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis, meningkatkan kelenturan, dan mengurangi tegangan pada punggung.
Dx 3 : Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan program tindakan.
Intervensi
• Berikan penjelasan tentang proses penyakit yang diderita dan program tindakan yang akan dilaskanakan.
• Berikan support mental kepada klien agar tetap sabar dalam menghadapi penyakit yang sedang dideritanya.
Dx 4 : Gangguan konsep diri sehubungan dengan tingkat melengkung, jalan bebek. Deformitos vertebra.
Intervensi
• Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
• Diskusikan setiap perubahan pada citra diri klien dan metoda untuk menghadapi masalah terhadap adanya perubahan.
• Dorong klien untuk berinteraksi dengan keluarga dan sahabat.
Dx 5 : Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Intervensi
• Anjurkan klien agar bersedia diimobilisasi dengan bidai pada bagian yang terkena untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
• Anjurkan klien untuk menggerakan sendi di atas dan dibawah bagian yang terkena sesuai rentangan namun dengan lembut.
• Rawat luka dengan hati-hati dan perlahan.
• Ajarkan tehnik untuk mengurangi persepsi nyeri.
• Berikan obat analgetik yang direspkan.
III.3 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan perencanaan (Intervensi).
Proses Degeneratif Keperawatan
Labels: Makalah
No comments:
Post a Comment
Aturan Berkomentar :
1. Menggunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang Berkomentar spam, flood, junk, iklan, sara, sex dsb.(Komentar Akan Saya Hapus)
3. Silahkan gunakan OpenID untuk mempermudah blogwalking